Minggu, 09 Agustus 2015

[034] Saba' Ayat 018

««•»»
[034] Saba' Ayat 018
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 17][AYAT 19]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
18of54
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=34&tAyahNo=18&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#34:18

[034] Saba' Ayat 017

««•»»
Surah Saba' 17

ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلَّا الْكَفُورَ
««•»»
dzaalika jazaynaahum bimaa kafaruu wahal nujaazii illaa alkafuura
««•»»
Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran me- reka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.
««•»»
We requited them with that for their ingratitude. Do We requite [so] anyone except ingrates?
««•»»

Demikianlah Sunah Allah telah berlaku terhadap kaum Saba' sebagaimana telah berlaku pula pada umat-umat yang sombong dan durhaka, tidak mau menerima kebenaran, selalu menolak dan membangkang terhadap ajaran Allah yang dibawa oleh para Rasul-Nya. Demikianlah Allah tidak akan menimpakan azab dan malapetaka, kecuali kepada kaum kafir yang mengingkari dan tidak bersyukur atas nikmat yang dikaruniakan kepada mereka.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Demikianlah) penggantian itu (Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka) sebab kekafiran mereka. (Dan Kami tidak menjatuhkan pembalasan melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir) lafal Nujaazii dapat pula dibaca Yujaazii, artinya tidaklah diberi balasan azab melainkan hanya orang-orang yang sangat ingkar.
««•»»
That, replacement [of what they had], is what We requited them with for their ingratitude: and is anyone but the ingrate ever [so] requited? (read hal yujāzā illā’l-kafūru; or read as hal nujāzī illā’l-kafūra, ‘Would We requite anyone but the ingrate?’), in other words, it is only the like of such who is called to account.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 16][AYAT 18]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
17of54
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=34&tAyahNo=17&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#34:17

[034] Saba' Ayat 016

««•»»
Surah Saba' 16

فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ
««•»»
fa-a'radhuu fa-arsalnaa 'alayhim sayla al'arimi wabaddalnaahum bijannatayhim jannatayni dzawaatay ukulin khamthin wa-atslin wasyay-in min sidrin qaliilin
««•»»
Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar {1237} dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr {1238}.
{1237} Maksudnya: banjir besar yang disebabkan runtuhnya bendungan Ma`rib.
{1238} Pohon Atsl ialah sejenis pohon cemara pohon Sidr ialah sejenis pohon bidara.
««•»»
But they disregarded [the path of Allah], so We unleashed upon them a violent flood and replaced their two gardens with two gardens bearing bitter fruit, tamarisk, and sparse lote trees.
««•»»

Tetapi mereka menolak seruan Allah itu dan berpaling darinya, bahkan mereka menghalangi orang-orang yang insaf beriman kepada Allah, maka Allah menimpakan siksaan kepada mereka dengan membobolkan Bendungan Ma'rib dan terjadilah malapetaka yang hebat. Negeri mereka dilanda banjir yang deras, menghanyutkan semua yang menghalangi arusnya sehingga musnahlah semua kebun-kebun yang berada di kiri kanan negeri itu dan hanyutlah semua binatang ternak. Korban manusia pun tidak terhitung banyaknya sehingga hanya sedikit orang saja yang masih tetap hidup. Hanya beberapa kelompok kecil dari mereka yang selamat dari malapetaka yang dahsyat itu. Mereka yang selamat ini pun tidak dapat tinggal dengan senang di tempat mereka semula sebagian mereka hijrah ke tempat lain yang subur karena tidak ada lagi kebun-kebun yang bisa mereka tanami dengan baik dan tidak seberapa lagi binatang-binatang ternak yang akan mereka pelihara.

Tanah-tanah yang dahulu subur telah menjadi tandus, karena semua air yang tersimpan di dalam bendungan telah tertumpah ke padang pasir yang dapat menelan air berapapun banyaknya. Yang tumbuh di bekas kebun-kebun mereka hanya tumbuhan yang tidak banyak gunanya, pahit buahnya pohon atal (sejenis pohon cemara) dan sedikit pohon sidr (sejenis pohon bidara). Bila mereka ingin bercocok tanam yang mereka harapkan hanya air hujan yang turun dari langit saja.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Tetapi mereka berpaling) tidak mau bersyukur kepada-Nya dan bahkan mereka kafir kepada-Nya (maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar) lafal Al `Arim adalah bentuk jamak dari lafal `Urmah yang artinya adalah bendungan yang menampung air sampai waktu yang dibutuhkan. Maksudnya dam yang membendung kebutuhan air mereka pecah sehingga menenggelamkan kebun-kebun dan harta benda mereka (dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi) lafal Dzawaatai merupakan bentuk Tatsniyah dari lafal Dzawaatun yang Mufrad (pohon-pohon yang berbuah pahit) yang sangat pahit buahnya lagi tidak enak rasanya; dapat dibaca Ukuli Khamthin yaitu dengan di-mudhaf-kan, lafal Ukulin ini bermakna Maakuulin yaitu yang dimakan sebagaimana dapat pula dibaca Ukulin Khamthin, lalu dibaca Ukulin Wa Khamtin (pohon Atsl dan sedikit pohon Sidr).

««•»»
But they were disregardful, of giving thanks to Him and became disbelievers, so We unleashed upon them the flood of the Dam (al-‘arim is the plural of ‘arima, which is a structure or something similar that holds water back [to be stored] for when it is needed), in other words, [We unleashed upon them] the flood-waters of their valley which had been held back by the mentioned [structure] so that they engulfed their two gardens together with all their property. And We gave them in place of their two gardens two gardens bearing (dhawātay, a dual form of [feminine plural] dhawāt; usually [the form dhātay from] the singular [would have been used]) bitter fruit, bitter and vile (ukul may be read as a genitive annexation [ukulin khamtin] in the sense of ‘that which is eaten [thereof being bitter]; or it may be read without [as ukuli khamtin]; and this [phrase] is supplemented [by the following, wa-athlin wa-shay’in min sidrin qalīl) and tamarisk and sparse lote trees.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 15][AYAT 17]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
16of54
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=34&tAyahNo=16&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#34:16

Selasa, 23 Juni 2015

[034] Saba' Ayat 015

««•»»
Surah Saba' 15

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ
««•»»
laqad kaana lisaba-in fii maskanihim aayatun jannataani 'an yamiinin wasyimaalin kuluu min rizqi rabbikum wausykuruu lahu baldatun thayyibatun warabbun ghafuurun
««•»»
Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun".
««•»»
There was certainly a sign for Sheba in their habitation: two gardens, to the right and to the left. ‘Eat of the provision of your Lord and give Him thanks: a good land and an all-forgiving Lord!’
««•»»

Di sebelah selatan negeri Yaman berdiam suatu kaum bernama Saba'. Mereka menempati suatu daerah yang amat subur sehingga mereka hidup makmur dan telah mencapai kemajuan dan kebudayaan yang tinggi. Mereka dapat menguasai air hujan yang turun dengan lebatnya pada musim tertentu dengan membangun sebuah bendungan raksasa yang dapat menyimpan air untuk musim kemarau. Bendungan itu boleh dikatakan bendungan alami karena terletak di antara dua buah bukit dan di ujungnya di bangun bangunan yang tinggi untuk mencegah air mengalir ke padang pasir dengan percuma. Mereka membuat pintu-pintu air yang bila di buka dapat mengalirkan air ke daerah yang mereka kehendaki. Bendungan ini terkenal dengan "Bendungan Ma'rib" atau "Bendungan Al-Arim". Banyak di antara ahli sejarah dan bara peneliti di barat meragukan tentang adanya Bendungan Ma'rib ini. Akhirnya seorang peneliti dari Prancis datang sendiri ke selatan Yaman untuk menyelidiki sisa-sisa Bendungan itu pada tahun 1843.

Dia dapat membuktikan adanya Bendungan itu dengan menemukan bekas-bekasnya, lalu memotretnya dan mengirimkan gambar-gambarnya ke suatu majalah di Prancis. Kemudian para peneliti lainnya menemukan pula beberapa batu tulis di antara reruntuhan Bendungan itu. Dengan demikian bertambah yakinlah mereka bahwa dahulu kala di sebelah Selatan Yaman telah berdiri sebuah kerajaan yang maju, makmur dan tinggi peradaban dan kebudayaannya. Pada ayat ini Allah menerangkan sekelumit tentang kaum Saba' yang mendiami daerah sebelah selatan Yaman itu. Mereka menempati sebuah wadi (lembah) yang luas dan subur berkat pengairan yang teratur dari Bendungan Ma'rib. Di kiri kanan daerah mereka terbentang kebun-kebun yang amat luas dan subur yang menghasilkan bahan makanan dan buah-buahan yang melimpah ruah. Negeri ini karena subur dan makmurnya di bawah lindungan Allah Yang Maha Pengampun".

Kaum Saba' pada mulanya menyembah matahari. Setelah pimpinan kerajaan sampai ke tangan ratu Balqis mereka menjadi kaum yang beriman dengan tunduknya ratu itu kepada Sulaiman as.

Hal ini diceritakan dalam Alquran sebagai berikut:
فمكث غير بعيد فقال أحطت بما لم تحط به وجئتك من سبإ بنبإ يقين إني وجدت امرأة تملكهم وأوتيت من كل شيء ولها عرش عظيم وجدتها وقومها يسجدون للشمس من دون الله وزين لهم الشيطان أعمالهم فصدهم عن السبيل فهم لا يهتدون
Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud) lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba' suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk.
(QS. An Naml [27]:22-24)

Tetapi lama kelamaan kaum Saba' itu menjadi sombong dan takabur dan lupa bahwa nikmat kekayaan dan kemakmuran yang mereka miliki itu adalah anugerah dari Yang Maha Kuasa dan Maha Pemurah. Allah dengan perantaraan Rasul-Nya memerintahkan agar mereka mensyukuri-Nya atas segala nikmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada mereka. Negeri mereka berkat karunia Allah menjadi subur dan makmur sedang Dia Maha Pengampun melindungi mereka dari segala macam bahaya dan malapetaka.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Sesungguhnya bagi kaum Saba) lafal Saba dapat dibaca dengan memakai harakat Tanwin pada akhirnya atau bisa juga tidak. Saba adalah nama suatu kabilah bangsa Arab yang diambil dari nenek moyang mereka (di tempat kediaman mereka) di negeri Yaman (ada tanda) yang menunjukkan akan kekuasaan Allah swt. (yaitu dua buah kebun) lafal Jannataani ini menjadi Badal dari lafal Aayatun (di sebelah kanan dan di sebelah kiri) lembah tempat mereka tinggal. Dan dikatakan kepada mereka, ("Makanlah oleh kalian dari rezeki Rabb kalian dan bersyukurlah kalian kepada-Nya.") atas apa yang telah dikaruniakan-Nya kepada kalian berupa nikmat-nikmat yang ada di negeri Saba. (Negeri kalian, adalah negeri yang baik) tidak ada tanah yang tandus, tidak ada nyamuk, tidak ada lalat, tidak ada lalat pengisap darah, tidak ada kalajengking dan tidak ada ular. Seandainya ada orang asing lewat ke negeri itu dan pada bajunya terdapat kutu, maka kutu itu otomatis akan mati karena harum dan bersihnya udara negeri Saba. (Dan) Allah (Rabb Yang Maha Pengampun.)
««•»»
Verily there was for Sheba (Saba’, declined [as li-Saba’in] or left as indeclinable [li-Saba’a], is [the name of] a tribe that took its name from one of their Arab ancestors) in their dwelling-place, in Yemen, a sign: indicating God’s power, exalted be He, two gardens (jannatān, a substitution [for āyatun, ‘a sign’]) to the right and to the left, in other words, on the right side of their valley and on its left side. And it was said to them: ‘Eat of your Lord’s provision and give thanks to Him, for the graces He has bestowed on you in the land of Sheba. A good land — in which there was no dung, gnats, flies, fleas, scorpions, or snakes, and in which when a stranger passed through with his clothes lice-infected, these [lice] would be killed off because of the purity of its air — and, God is, a forgiving Lord.’

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnul Mundzir dan ibnu Abu Hatim keduanya mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Sofyan yang ia terima dari Ashim dan Ashim menerimanya dari Ibnu Ruzain yang menceritakan, bahwa ada dua orang lelaki yang berserikat dalam usaha, lalu salah seorang di antaranya berangkat menuju ke negeri Syam, sedangkan yang lainnya tetap di tempat tinggalnya. Ketika Nabi saw. diutus oleh Allah, kemudian teman yang berada di negeri Syam itu berkirim surat kepada temannya yang berada di Mekah menanyakan tentang apa yang terjadi dan apa yang dilakukan oleh utusan yang baru itu. Teman yang berada di tempatnya menjawab, bahwa dia hanya diikuti oleh orang-orang rendah dan orang-orang miskin kabilah Quraisy. Lalu teman yang sedang berniaga di negeri Syam itu meninggalkan dagangannya dan langsung berangkat menemui temannya yang berada di Mekah.

Setelah sampai di Mekah ia berkata kepada temannya, "Tunjukkanlah kepadaku di mana ia berada." Orang yang datang dari Syam itu dapat membaca Kitab-kitab dahulu. Lalu ia mendatangi Nabi saw. dan langsung bertanya, "Apakah yang kamu serukan?" Nabi saw. menjawabnya dengan jawaban rinci. Lelaki itu berkata, "Aku bersaksi, bahwa sesungguhnya engkau adalah utusan Allah." Nabi saw. bertanya, "Apakah gerangan yang membuat kamu mengerti hal ini?" Lelaki itu menjawab, "Sesungguhnya tidak ada seorang Nabi pun melainkan ia hanya diikuti oleh orang-orang rendahan dan orang-orang miskin." Maka turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya, "Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, 'Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya.'"
(QS. Saba [34]:34)

Lalu Nabi saw. mengirimkan utusan untuk menyampaikan kepada lelaki itu bahwa Allah swt. telah menurunkan wahyu yang membenarkan apa yang kamu katakan.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 14][AYAT 16]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
15of54
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=34&tAyahNo=15&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#34:15

[034] Saba' Ayat 014

««•»»
Surah Saba' 14

فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلَّا دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ
««•»»
falammaa qadhaynaa 'alayhi almawta maa dallahum 'alaa mawtihi illaa daabbatu al-ardhi ta/kulu minsa-atahu falammaa kharra tabayyanati aljinnu an law kaanuu ya'lamuuna alghayba maa labitsuu fii al'adzaabi almuhiini
««•»»
Daka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.
««•»»
And when We decreed death for him, nothing apprised them of his death except a worm which gnawed away at his staff. And when he fell down the jinn realized that had they known the Unseen, they would not have remained in a humiliating torment.
««•»»

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Nabi Sulaiman ketika telah dekat ajalnya duduk di atas singgasananya bertelekan di atas tongkatnya. Di waktu itulah Sulaiman meninggal dunia dan tidak seorangpun yang tahu bahwa dia sudah meninggal baik pengawal-pengawalnya, penghuni istana, maupun jin-jin yang selalu bekerja keras melaksanakan perintahnya. Baru setelah dia jatuh tersungkur karena tongkatnya sudah dimakan rayap tidak dapat menahan lagi beratnya lalu ia patah. Ketika itu barulah orang sadar bahwa Sulaiman sudah meninggal, demikian pula jin-jin yang tetap bekerja keras melaksanakan perintahnya. Di waktu itulah mereka mengakui kelemahan mereka, karena tidak dapat mengetahui bahwa Sulaiman telah meninggal.

Kalau mereka tahu bahwa Sulaiman as telah meninggal tentulah mereka tidak akan tetap kerja keras, karena mereka hanya diperintahkan Allah taat dan patuh kepada Nabi Sulaiman as saja, tidak kepada semua pembesar-pembesar di istananya. Allah tidak menerangkan dalam ayat ini berapa lama Sulaiman bertelekan di atas tongkatnya sampai ia jatuh tersungkur.

Ada di antara mufassirin yang mengatakan bahwa Sulaiman as bertelekan di atas tongkatnya sampai ia mati selama satu tahun. Mereka mengatakan bahwa Nabi Daud as telah mulai membangun Baitulmakdis tetapi tidak dapat menyelesaikan pembangunannya. Tatkala sudah dekat ajalnya ia berwasiat kepada Nabi Sulaiman supaya menyelesaikan pembangunannya Nabi Sulaiman memerintahkan kepada jin-jin yang tunduk di bawah kekuasaannya supaya menyelesaikan bangunan itu. Tatkala Sulaiman merasa ajalnya sudah dekat pula dia ingin menyembunyikan kematiannya kepada jin-jin yang bekerja keras menyelesaikan bangunan itu. Lalu Nabi Sulaiman bertelekan di atas tongkatnya agar kalau ia mati orang menyangkanya ia masih hidup karena masih duduk bertelekan di atas tongkatnya. Akhirnya tongkatnya itu dimakan rayap dan patah. Di waktu itu barulah diketahui bahwa Nabi Sulaiman telah meninggal.

Mereka karena ingin mengetahui berapa lama Sulaiman as bertelekan di atas tongkat itu setelah ia meninggal, mereka mengambil sisa tongkat itu. Setelah mereka perhitungkan ternyata rayap itu dalam sehari semalam hanya memakan sebagian kecil saja dari tongkat itu. Setelah mereka perhitungkan ternyata rayap baru dapat merusak tongkat itu dalam masa satu tahun.

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa Sulaiman bertelekan di atas tongkatnya sampai ia meninggal tidak dalam waktu yang lama. Memang tongkat itu telah lama dimakan rayap tanpa diketahui oleh Sulaiman. Dan di waktu Sulaiman bertelekan di atas tongkat ketika ajalnya sampai, tongkat itu sudah lapuk juga. Tidak mungkin seorang raja akan dibiarkan saja oleh keluarga dan pengawalnya tanpa makan dan minum, tanpa menanyakan kepadanya beberapa hal yang panting yang harus diketahui pendapatnya. Mana yang benar di antara kedua pendapat ini tidak dapat kita ketahui karena mengenai kisah-kisah para Nabi banyak sekali terjadi hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh pikiran manusia karena mereka diberi mukjizat oleh Allah. Kalau Nabi Sulaiman bertelekan hanya sebentar saja lalu ia rubuh tersungkur tentulah para jin tidak akan menyesal demikian hebatnya karena mereka telah terlanjur bekerja menyelesaikan bangunan Baitulmakdis itu.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Maka tatkala Kami telah menetapkan terhadapnya) terhadap Sulaiman (kematian) ia mati dalam keadaan diam berdiri bertopang pada tongkatnya selama setahun penuh. Para jin masih tetap melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat sebagaimana biasanya, karena mereka tidak menduga bahwa Nabi Sulaiman telah mati. Ketika rayap menggerogoti tongkatnya lalu tongkat itu patah, kemudian Nabi Sulaiman jatuh terjungkal maka menjadi nyatalah kematiannya di mata para jin itu (tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap) lafal Al Ardhu adalah bentuk Mashdar dari lafal Uridhatul Khasyabatu, artinya kayu itu digerogoti oleh rayap (yang memakan tongkatnya) lafal Minsa-atahuu dapat pula dibaca Minsaatahuu, yakni tongkatnya, dinamakan demikian karena tongkat itu dipakai untuk mengusir dan menghardik.

(Maka, tatkala ia telah tersungkur) dalam keadaan telah mati (tahulah jin itu) yakni jelaslah bagi mereka (bahwa) "an" berasal dari Anna yang kemudian ditakhfifkan, asalnya Annahum (kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib) antara lain ialah apa yang gaib di mata mereka tentang kematian Nabi Sulaiman (tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan) kerja berat yang selama ini mereka lakukan, karena mereka menduga bahwa Nabi Sulaiman masih tetap hidup, berbeda halnya jika mereka mengetahui ilmu gaib. Mereka baru mengetahui kematiannya setelah satu tahun berdasarkan perhitungan masa yang diperkirakan jika sebuah tongkat dimakan rayap, sejak sehari semalam sesudah kematiannya.
««•»»
And when We decreed for him, for Solomon, death, in other words, [when] he died — he remained supported against his staff an entire year, while the jinn continued to toil in hard labour as was customary, unaware of his death, until [finally] when a termite ate through his staff, he fell to the ground [and was seen to be] dead — nothing indicated to them that he had died except a termite (al-ard is the verbal noun from uridat al-khashaba, passive verbal form, in other words, ‘it [the piece of wood] was eaten away by a termite [al-arada]’) that gnawed away at his staff (read minsa’atahu or minsātahu, replacing the hamza with an alif, meaning a ‘staff’, so called because [when describing it one would say] yunsa’u bihā, to mean it is used to repel or drive away [creatures]’).

And when he fell down, dead, the jinn realised, it became apparent to them, that (an, is softened, in other words, annahum) had they known the Unseen — comprising what was hidden from them in the way of Solomon being dead — they would not have continued in the humiliating chastisement, [in] that hard labour of theirs, [in which they continued] as they supposed him to be alive, which is in contrast to what they would have supposed had they known the Unseen and the fact that he had been there an entire year, judging by how much of the staff the termite had eaten through after his death; in other words, [they would not have continued in the humiliating chastisement] for a single day or even a single night [longer].

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 13][AYAT 15]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
14of54
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=34&tAyahNo=14&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#34:14

Selasa, 19 Mei 2015

[034] Saba' Ayat 013

««•»»
Surah Saba' 13

يَعْمَلُونَ لَهُ مَا يَشَاءُ مِنْ مَحَارِيبَ وَتَمَاثِيلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ رَاسِيَاتٍ اعْمَلُوا آلَ دَاوُدَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
««•»»
ya'maluuna lahu maa yasyaau min mahaariiba watamaatsiila wajifaanin kaaljawaabi waquduurin raasiyaatin i'maluu aala daawuuda syukran waqaliilun min 'ibaadiya alsysyakuuru
««•»»
Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tung- ku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.
««•»»
They built for him as many temples as he wished, and figures, basins like cisterns, and caldrons fixed [in the ground]. ‘O House of David, observe thanksgiving, and few of My servants are grateful.’
««•»»

Oleh sebab itu mereka dengan giat sekali melaksanakan apa yang diperintahkan Sulaiman, seperti membangun tempat-tempat beribadah, arca-arca yang indah yang terbikin dari kayu, tembaga, kaca dan batu pualam, belanga-belanga besar untuk memasak makanan yang cukup untuk berpuluh-puluh orang. Bejana-bejana itu karena besar dan luasnya kelihatan seperti kolam-kolam air. Begitu pula mereka membuatkan untuk Sulaiman periuk yang besar pula yang karena besarnya tidak dapat diangkat dan dipindahkan. Memang karena jin mempunyai kekuatan yang dahsyat dengan mudah mereka membikin semua yang dikehendaki Sulaiman seperti membangun istana yang megah dan mewah, menggali selokan-selokan untuk irigasi sehingga termasyhurlah kerajaan Sulaiman as sebagai suatu kerajaan besar dan paling makmur, tidak ada suatu kerajaanpun di waktu itu yang dapat menandinginya. Hal ini ialah sebagai realisasi dari doanya yang dikabulkan Tuhan,

seperti tersebut dalam firman-Nya.
قال رب اغفر لي وهب لي ملكا لا ينبغي لأحد من بعدي إنك أنت الوهاب فسخرنا له الريح تجري بأمره رخاء حيث أصاب والشياطين كل بناء وغواص
Ia berkata; "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku, kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi". Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan, semuanya ahli bangunan dan penyelam.
(QS. Sad [38]:35-37)

Kemudian Allah memerintahkan kepada Sulaiman as sebagai keluarga Daud as supaya bersyukur atas nikmat yang dilimpahkan Allah kepadanya. Mensyukuri nikmat Allah itu bukanlah sekadar mengucapkan tetapi harus diiringi dengan amal saleh dan mempergunakan nikmat itu untuk hal-hal yang diridai-Nya. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw naik ke atas mimbar lalu membaca ayat ini kemudian beliau bersabda: "Ada tiga sifat bila dipunyai oleh seseorang berarti dia telah diberi karunia seperti karunia yang diberikan kepada keluarga Daud as. Kami bertanya kepada beliau "sifat-sifat apakah itu?

Rasulullah menjawab:
  1. Berlaku adil, baik dalam keadaan marah maupun dalam keadaan senang dun duka.
  2. Selalu hidup sederhana baik di waktu miskin maupun di waktu kaya.
  3. Selalu takut kepada Allah baik di waktu sendirian maupun di badapan orang banyak. (HR. Tirmizi)
Kemudian Allah mengiringi perintah-Nya supaya Sulaiman as. bersyukur atas nikmat yang diterimanya dengan menjelaskan bahwa sedikit sekali di antara hamba-hamba-Nya yang benar-benar bersyukur kepada-Nya. Bagaimana seorang hamba bersyukur kepada Tuhannya dapat dilihat dari bersyukurnya Nabi saw kepada Allah. Rasulullah dilihat oleh `Aisyah ra salat di malam hari sampai tumitnya bengkak seakan-akan hendak mengeluarkan darah; maka aku berkata kepadanya (kata `Aisyah), mengapa engkau berbuat seperti ini padahal Allah telah mengampuni dosamu yang sekarang dan dosamu yang akan datang? Rasulullah menjawab: "Bukankah aku ini seorang hamba yang bersyukur (kepada Tuhannya)?".

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan) Kami tundukkan (bagi Sulaiman angin) menurut qiraat yang lain lafal Ar Riiha dibaca Ar Riihu yaitu dengan memperkirakan keberadaan lafal Taskhiirun (yang perjalanannya di waktu pagi) perjalanannya mulai dari pagi hingga waktu tergelincir matahari (sama dengan perjalanan sebulan, dan perjalanannya di waktu sore hari) yaitu mulai dari tergelincir matahari sampai terbenam (sama dengan perjalanan sebulan) maksudnya sama dengan perjalanan selama itu (dan Kami alirkan) Kami leburkan (cairan tembaga baginya) sehingga tembaga itu menjadi lebur selama tiga hari tiga malam, sebagaimana air mengalir dan umat manusia sampai sekarang dapat mengeksploitasinya berkat ilmu yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi Sulaiman. (Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di bawah kekuasaannya dengan izin) yakni berdasarkan perintah (Rabbnya).

Dan siapa yang menyimpang) menyeleweng (di antara mereka dari perintah Kami) yang menyuruhnya untuk taat kepada Nabi Sulaiman (Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala) di akhirat nanti. Menurut suatu pendapat azab tersebut terjadi di dunia, yaitu malaikat memukulnya dengan cambuk api, yang setiap pukulan dapat membakar dan menghanguskannya.
««•»»
They fashioned for him whatever he wished: lofty shrines (mahārīb are high edifices which are ascended by stairs) and statues (tamāthīl is the plural of timthāl, which is any thing which you fashion as a likeness [of another]), in other words, brass, crystal or marble figures — the use of figures was not prohibited according to his Law; and basins (jifān is the plural of jafna) like cisterns (jawābin is the plural of jābiya, which is a large basin) — around each ‘basin’ a thousand men would gather to eat — and cauldrons built into the ground, fixed with foundations, and cannot be moved from their places: these were made from the [rocks of the] mountains of Yemen, and to which one ascended by climbing up a ladder.

And We said: ‘Work, O, House of David, in obedience to God, in thankfulness, to Him for what He has given you. And few indeed of My servants are thankful’, labouring in obedience to Me in thanks for My favours.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 12][AYAT 14]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
13of54
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=34&tAyahNo=13&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#34:13

Kamis, 14 Mei 2015

[034] Saba' Ayat 012

««•»»
Surah Saba' 12

وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَرَوَاحُهَا شَهْرٌ وَأَسَلْنَا لَهُ عَيْنَ الْقِطْرِ وَمِنَ الْجِنِّ مَنْ يَعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِإِذْنِ رَبِّهِ وَمَنْ يَزِغْ مِنْهُمْ عَنْ أَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيرِ
««•»»
walisulaymaana alrriiha ghuduwwuhaa syahrun warawaahuhaa syahrun wa-asalnaa lahu 'ayna alqithri wamina aljinni man ya'malu bayna yadayhi bi-idzni rabbihi waman yazigh minhum 'an amrinaa nudziqhu min 'adzaabi alssa'iiri
««•»»
Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula)1236) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.{ 1236  Maksudnya bila Sulaiman Mengadakan perjalanan dari pagi sampai tengah hari Maka jarak yang ditempuhnya sama dengan jarak perjalanan unta yang cepat dalam sebulan. begitu pula bila ia Mengadakan perjalanan dari tengah hari sampai sore, Maka kecepatannya sama dengan perjalanan sebulan.
««•»»
And for Solomon [We subjected] the wind: its morning course was a month’s journey and its evening course was a month’s journey. We made a fount of [molten] copper flow for him, and [We placed at his service] some of the jinn who would work for him by the permission of his Lord, and if any of them swerved from Our command, We would make him taste the punishment of the Blaze.
««•»»

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia menundukkan angin untuk Nabi Sulaiman as, yang dapat membawanya ke tempat-tempat yang diingininya dengan cepat sekali, sehingga dalam waktu setengah hari saja angin dapat membawanya ke tempat yang jauhnya sebulan perjalanan, baik perjalanan itu di waktu pagi sampai Zuhur maupun di waktu siang mulai dari waktu Zuhur sampai terbenamnya matahari.

Berkata Qatadah dalam menafsirkan ayat ini: "Angin dapat membawa Sulaiman as dari pagi sampai tergelincirnya matahari sejauh sebulan perjalanan dun dari tergelincirnya matahari sampai terbenamnya sejauh sebulan perjalanan pula. Hasan Al-Basri berkata tentang ini: "Sulaiman pernah berangkat dengan mengendarai angin, dari Damaskus ke Istahar lalu dia turun di sana untuk makan siang, kemudian dia berangkat lagi ke Kabul untuk bermalam di sana. Padahal jarak antara Damaskus dan Istahar adalah sebulan perjalanan bagi orang yang berjalan cepat dan jarak antara Istahar dan Kabul adalah sebulan perjalanan pula Di antara karunia yang diberikan Allah kepada Sulaiman ialah menjadikan tembaga lunak seperti lilin yang dengan mudah dapat dibentuk menurut keinginan orang yang mengolahnya. Hal ini sama dengan menjadikan besi lunak seperti karunia yang diberikan kepada Nabi Daud as. Di antara karunia itu pula ialah menundukkan jin untuk bekerja membuat apa saja yang diingini Sulaiman as. Jin-jin itu selalu taat dan patuh mengikuti perintahnya, karena mereka diancam oleh Allah apabila tidak memenuhi perintah Sulaiman mereka akan dilemparkan ke dalam api yang bernyala-nyala.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan) Kami tundukkan (bagi Sulaiman angin) menurut qiraat yang lain lafal Ar Riiha dibaca Ar Riihu yaitu dengan memperkirakan keberadaan lafal Taskhiirun (yang perjalanannya di waktu pagi) perjalanannya mulai dari pagi hingga waktu tergelincir matahari (sama dengan perjalanan sebulan, dan perjalanannya di waktu sore hari) yaitu mulai dari tergelincir matahari sampai terbenam (sama dengan perjalanan sebulan) maksudnya sama dengan perjalanan selama itu (dan Kami alirkan).

Kami leburkan (cairan tembaga baginya) sehingga tembaga itu menjadi lebur selama tiga hari tiga malam, sebagaimana air mengalir dan umat manusia sampai sekarang dapat mengeksploitasinya berkat ilmu yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi Sulaiman. (Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di bawah kekuasaannya dengan izin) yakni berdasarkan perintah (Rabbnya.

Dan siapa yang menyimpang) menyeleweng (di antara mereka dari perintah Kami) yang menyuruhnya untuk taat kepada Nabi Sulaiman (Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala) di akhirat nanti. Menurut suatu pendapat azab tersebut terjadi di dunia, yaitu malaikat memukulnya dengan cambuk api, yang setiap pukulan dapat membakar dan menghanguskannya.
««•»»
And, We disposed, for Solomon the wind (the nominative reading of al-rīhu would be based on an implicit [missing verb] sakhkharnā, ‘We disposed’) its morning course, meaning its journey from the morning to the noon, was a month’s journey and its evening course, that is, its journey from the noon to sunset, was a month’s journey.

And We caused a fount of [molten] copper to flow for him, in other words, We caused the copper to melt for him, and so the fount flowed for three days and nights like water, and to this day people have been using of that [copper] which was given to Solomon [at that time].

And of the jinn [there] were those who worked before him by the leave, by the command, of his Lord. And such of them as deviated from Our command, to him to obey him [Solomon], We would make them taste the chastisement of the Blaze, the Fire in the Hereafter — but it is also said, [that their chastisement was] in this world, in which case an angel would smite one of them with a lash thereof that would scorch him.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 11][AYAT 13]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
12of54
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=34&tAyahNo=12&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#34:12